×
العربية english francais русский Deutsch فارسى اندونيسي اردو

نموذج طلب الفتوى

لم تنقل الارقام بشكل صحيح

/ / Hukum Mengganti Pembalut setelah berwudhu Bagi Orang Yang Sering Mengeluarkan Rembesan Air Kencing

مشاركة هذه الفقرة WhatsApp Messenger LinkedIn Facebook Twitter Pinterest AddThis

Syaikh yang terhormat, Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh, apakah orang yang sering mengeluarkan rembesan air kencing diharuskan mengganti pembalut setiap kali melakukan wudhu? حكم تبديل اللفافة لمن به سلس عن الوضوء

المشاهدات:1968

Syaikh yang terhormat, Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh, apakah orang yang sering mengeluarkan rembesan air kencing diharuskan mengganti pembalut setiap kali melakukan wudhu?

حكم تبديل اللفافة لمن به سلس عن الوضوء

الجواب

Segala puji hanya milik Allah Rabb Semesta Alam,Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, keluarganya, dan para shahabatnya.

Wa'alaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuhu,Amma ba'du.

            Dengan memohon taufik kepada Allah Ta'ala,jawaban atas pertanyaan Anda adalah:

Dalam hal ini para Ulama berbeda menjadi dua pendapat:

Pendapat pertama: tidak perlu mengganti pembalut di setiap kali wudhu. Ini adalah madzhab Hambalidan yang nampak jelas dari pendapat Hanafiyah dan Al-Malikiyyah. (Syarh Al-‘Umdah, hal. 492).

Pendapat kedua: diharuskan mengganti pembalut di setiap wudhu. Ini adalah pendapat Syafi’iyah.

Yang kuat adalah pendapat pertama. Orang yang terkena hadats yang melekat terus-menerus, seperti keluarnya rembesan air kencing yang terus menerus ataupun yang lainnya, tidak harus mengganti pembalut di setiap kali wudhu. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memerintahkan hal tersebut kepada wanita yang tertimpa darah istihadhah(darah penyakit). Hal itu juga bisa mendatangkan kesulitan dan kesukaran.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: “Itulah pendapat yang lebih kuat, karena mencuci pembalut di setiap waktu, lalu mengeringkannya, atau menggantinya dengan pembalut yang suci, mengandung kesulitan yang berat. Berbeda dengan wudhu, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika memerintahkan untuk berwudhu di setiap shalat, beliau tidak menyebutkan harus mencuci darah dan penutup kemaluan.”(Lihat:Fath Al-Qadir (1/185), Adz-Dzakhirah (1/29), dan Hasyiyah Ad-Dasuqi (1/184). Wallahu Ta’ala A’lam.

 

Saudara kalian,

Prof. Dr. Khalid Al-Mushlih

                                                 16/12/1424 H                         

 


الاكثر مشاهدة

1. جماع الزوجة في الحمام ( عدد المشاهدات127971 )
6. مداعبة أرداف الزوجة ( عدد المشاهدات62832 )
8. حكم قراءة مواضيع جنسية ( عدد المشاهدات59658 )
11. حکم نزدیکی با همسر از راه مقعد؛ ( عدد المشاهدات55767 )
12. لذت جویی از باسن همسر؛ ( عدد المشاهدات55218 )
13. ما الفرق بين محرَّم ولا يجوز؟ ( عدد المشاهدات52199 )
14. الزواج من متحول جنسيًّا ( عدد المشاهدات50148 )
15. حكم استعمال الفكس للصائم ( عدد المشاهدات45132 )

التعليقات


×

هل ترغب فعلا بحذف المواد التي تمت زيارتها ؟؟

نعم؛ حذف