×
العربية english francais русский Deutsch فارسى اندونيسي اردو

Permintaan Formulir Fatwa

Captcha yang salah

Kitab / Makalah / Mengapa Harus Optimis?

Views:2983
- Aa +

Beragam gangguan mempengaruhi cara hidup, baik dialami sebagian besar orang maupun orang tertentu, entah dalam urusan dunia atau agama. Mengotori jernihnya kehidupan, bahkan terkadang menghalangi perjalanannya. Hidup ini sarat dengan berbagai rintangan dan gangguan:“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS. Al Balad: 4). Penderitaan dunia dan kesulitannya hampir melanda semua orang:
Setiap orang yang menjumpainya mengeluhkan deritanya
Duhai, milik siapakah dunia ini?
Manusia memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi dinamika kehidupan. Ada yang menjadi budak problematika, kerusakan dan krisis duniawi, sehingga dunia menguasai, mengalahkan dan menawan mereka, inilah sikap mayoritas manusia.
Adapula yang mampu terbebas dari belenggu dan rintangan krisis karena berbagai sebab dan sarana yang dapat meringankan cengkraman duniawi, sehingga rintangan dan halangan duniawi tidak membebani mereka.
Dan di antara sebab dan sarana yang paling mudah untuk mewujudkan hal tersebut adalah menanamkan optimisme dan harapan cemerlang yang dapat mencegah musibah dan masalah terjadi.
Hiasilah diri dengan harapan yang mulia
Duhai, betapa sempitnya hidup ini kalaulah bukan karena harapan
Nabi kita juga senang terhadap sikap optimis. Dalam shahih Bukhari, dari Abu Qatadah, dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Sikap optimis memukau diriku (yaitu kalimat positif).”
Maka, tidak heran jika sikap optimis mencegah masa depan yang suram, sebagai jaminan hadirnya kebaikan dan penghargaan terhadap harapan yang dijanjikan.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa kagum dengan sikap optimis. Karena optimis merupakan buah dari prasangka yang baik kepada Allah Ta’ala, dan keyakinan akan rahmat dan kedermawanan-Nya :
Dan sungguh aku senantiasa berharap kepada Allah
Hingga aku melihat segala yang Allah perbuat dengan prasangka baik
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa kagum dengan sikap optimis. Karena optimis melapangkan dada, melembutkan hati, dan merupakan sebab kebahagiaan dan hilangnya kesusahan dari manusia. Oleh sebab itu, optimis merupakan salah satu unsur penting dalam kesehatan jasmani dan rohani.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa kagum dengan sikap optimis. Karena optimis memberikan semangat dalam bekerja, membuat kita bersungguh-sungguh dan mengerahkan segala kemampuan demi tercapainya tujuan dan target. Optimis dan harapan merupakan kunci sukses bekerja, dan obat dari kelemahan dan kemalasan.
Barangsiapa yang kegundahannya menggelayuti harapannya
Ia akan menanggung beban berat dalam meraihnya
Pengaruh optimisme akan dirasakan pada tiap pribadi atau masyarakat. Tidak pula hanya terbatas pada sebagian sisi kehidupan saja, tetapi semua sisi kehidupan.
Contoh optimisme adalah tindakan seorang kepala investasi ekonomi. Para ahli ekonomi mencatat kadar optimisme masyarakat saat mendata kegiatan dan kecenderungan investasi mereka. Dari catatan ini mereka dapat mengukur kemampuan investasi seseorang atau masyarakat.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa kagum dengan sikap optimis. Karena sikap optimis membantu manusia melupakan masa lalu, kegagalan, dan ketergelincirannya. Juga mengurangi beban, tantangan, kesulitan dan ujian yang terjadi di masa kini. Kekhawatirannya akan hilang dan harapan mencapai tujuannya akan meningkat.
Jika kesedihanku berkecamuk dalam hatiku
Aku meminta jalan keluar dengan harapan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menerapkan optimisme sepanjang hidupnya. Sikap optimis beliau tidak pernah menurun dalam perjalanan mencapai tujuan dan maksudnya, bahkan justru meningkat. Inilah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam seluruh lini kehidupannya.
Di Makkah, ketika siksaan, embargo dan kondisi semakin memprihatinkan, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para sahabatnya, ketika mereka mengalami ujian yang sangat berat: “Demi Allah, sesungguhnya Allah Ta’ala pasti akan menyempurnakan agama ini, hingga seorang pengendara berjalan dari San'a ke Hadramaut tanpa merasa takut kecuali kepada Allah, atau hanya takut dari serigala yang akan mengancam kambing ternaknya, tetapi kalian ini adalah kaum yang tergesa-gesa.”
Ketika hijrah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu diusir dan diliputi rasa takut dari segala penjuru. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu: “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).
Maka Allah Ta’ala pun membenarkan sabda Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Qur`an menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 40).
Dan ketika perang Ahzab, musuh dan lawan mengepung Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau memberi kabar gembira para sahabatnya bahwa Syam, Persia dan Yaman akan dikuasai.
Maka, setelah kita membaca semua kisah ini, bukankah kita harus optimis dan berusaha merealisasikan harapan kita?

لماذا نتفاءل


×

Apakah Anda benar-benar ingin menghapus item yang sudah Anda kunjungi?

Ya, Hapus