Segala puji hanya milik Allah, shalawat, salam dan keberkahan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau.
Amma ba’du.
Yang pertama kali aku nasehatkan adalah janganlah engkau memasuki medan yang tidak engkau kuasai, dari perdebatan atau diskusi, karena salaf dengan ilmu mereka yang sangat banyak dan keyakinan yang sangat kokoh mereka enggan untuk melakukan perdebatan dengan ahli batil, banyak dinukil dari mereka larangan tentang hal itu, maka aku nasehatkan engkau untuk konsisten dengan jalan mereka, adapun apa yang sebagian mereka lakukan itu karena telah jelas bagi mereka maslahat debat dan besarnya manfaat, dan sebagian lain melakukannya karena terdesak, sebagaimana disampaikan oleh Al-Imam Ahmad –semoga Allah merahmatinya-:”Kita diperintahkan untuk diam, namun kita dipanggil untuk melakukan sesuatu yang harus kita lakukan untuk membantahnya dan menjelaskan duduk permasalahannya hingga sirna kerancuan dari perkataan mereka”. Beliau juga berkata :”Kita dahulu diam, hingga kita terpanggil untuk berbicara maka kita sampaikan”, jika memang diharuskan untuk berbicara maka seseorang harus memiliki ilmu yang kuat yang bisa menjawab syubhat (kerancuan) orang yang berusaha memasukkan kerancuan dan menangkal kesesatan mereka.
Adapun yang berkaitan dengan menikahi anak kecil, maka yang dikatakan oleh Ibnul-Munzir adalah:”Para ahli ilmu yang kita hafal dari mereka telah ijma’, bahwa menikahi –seorang bapak menikahkan- anak gadis kecilnya adalah boleh, jika calon suaminya sekufu”, maka yang dimaksud adalah melakukan akad nikah, adapun jimak dan menggaulinya maka tidak mungkin terjadi kecuali jika telah sampai umur yang mampu dengannya melakukan hal itu, sebagian dari ulama membatasinya dengan umur Sembilan tahun, dan pembatasan ini berlaku dari kebanyakan, jika ternyata seorang perempuan belum mampu melakukannya pada umur sekian maka tidak boleh, karena akan mendatangkan bahaya.
Adapun nikah mut’ah yang engkau sebutkan, maka tidak difahami melainkan jimak dan permulaannya, karena maksud dari nikah mut’ah adalah hanya bersenang-senang, dia membayar sejumlah uang hanya untuk bersenang-senang, bukan untuk sesuatu yang dengannya berlangsung sebuah akad pernikahan yang mewujudkan ikatan, hak dan kewajiban, maka jelas berbeda jenis pernikahan yang dikatakan oleh ulama ahlis-sunnah dengan apa yang disampaikan oleh Al-Khumaini semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal, wallahu a’lam.
Saudaramu
Prof. DR Khalid Al-Muslih