Segala puji hanya milik Allah, aku bershalawat dan salam atas Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau.
Amma ba’du
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebagai jawaban atas pertanyaan Anda, maka kita katakan:
Jawaban pertama: Tidak ada hikmah yang tampak, akan tetapi terdapat di sana dari nama-nama Allah Ta’ala yang tidak pernah disebut kecuali satu kali, seperti As-Shamad (Yang semua makhluk bergantung pada-Nya) dan Al-Ahad (Yang Maha Esa).
Jawaban kedua: Yang menjadi kewajiban dalam beriman dengan nama-nama Allah Ta’ala adalah menetapkannya, dan mengakui makna yang terkandung di dalamnya, dan beribadah kepada Allah Ta’ala dengannya, yaitu dengan cara berdo'a, dan mengingat Allah dengan nama-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾(الأعراف: 180)
Artinya: ”Hanya milik Allah Asma` Al-Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma` Al-Husna itu. (QS. Al-A’raf: 180).
Adapun jika seorang makhluk ingin bersifat dengan sifat Allah, maka tidak berlaku baginya semua sifat; karena termasuk dalam nama Allah ada yang tidak boleh seseorang menirunya, seperti Al-Mutakabbir (Maha sombong) dan Al-Ilah (Yang disembah), dalam Shahih Muslim (2620) dan Sunan Abu Dawud (4090), dan lafazhnya milik Abu Dawud, dari hadits Abu Hurairah –semoga Allah meridlainya- bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: ((الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ)).
Artinya: "Allah 'Azza wa Jalla berfirman: `Kesombongan adalah kain selendangku, dan keagungan adalah kain sarungku, siapa pun yang berusaha merebutnya dariku satu dari keduanya, niscaya akan aku lemparkan dia ke neraka.”
Adapun riwayat yang disebut dalam sebagian hadits Nabi bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ”Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah”, maka tidak sah dan tidak diterima bahwa perkataan ini adalah perkataan Nabi shallallahu 'alihi wa sallam.
Diantara nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala ada yang dipuji jika hamba bersifat dengannya, seperti Al-Ilmu (ilmu), Ar-Rahmah (kasih sayang) dan Al-Hikmah (kebijaksanaan), dan di antaranya ada yang di cela, seperti Al-Ilahiyah (ketuhanan) dan semisalnya, sebagaimana seorang hamba akan menjadi sempurna jika dia bersifat dengan sifat yang Allah disucikan darinya; kesempurnaan hamba adalah dengan sifat penghambaan dia kepada Allah, merasa miskin di hadapan Allah dan merasa butuh dan hina untuk Allah Rabb semesta alam, dan Allah disucikan dari semua sifat ini.
Dia adalah Yang Maha Terpuji, Yang Maha Besar, dan Yang Maha Tinggi. Oleh karena itu, wajib untuk menghindari beberapa ungkapan yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan dalam keyakinan dan amalan.
Saudaramu
Prof. Dr. Khalid bin Abdullah Al-Muslih
6/1/1428 H